Jadi primadona pengerah suara pemilih Pilkada Magetan 2013, Parade Nusantara akhirnya memilih sikap netral. Organisasi massa (ormas) berbasis perangkat desa itu memutuskan tidak memihak ke tiga pasangan calon (H Sumantri-Samsi, Nanik Karsini-Sugiho Pramono, dan Djoko Prabowo-Hartoto) seiring tak adanya kesepahaman visi serta misi. "Setelah melakukan komunikasi dengan masing-masing pasangan, kami menganggap belum ada yang layak untuk memimpin Magetan ke depan," terang Eko Prasetyo, ketua Presidium Parade Nusantara Magetan, kemarin (25/3).
Eko sempat merinci kelemahan masing-masing pasangan calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) itu. Pasangan H Sumantri-Samsi (SMS) Jilid II, misalnya, dianggap tidak dapat menjalankan program pro-rakyat sebab perbaikan inrastruktur masih terabaikan. Lima tahun kepemimpinan pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu, dinilai belum mampu mengangkat eksistensi Magetan di berbagai sektor. ‘’Permasalahan ini termasuk fundamental,’’ jelasnya.
Sedangkan pasangan Nanik Karsini-Sugiho Pramono (NaSPro) yang mengusung misi perubahan, dianggap Eko Prasetyo, masih sekadar slogan. Secara riil, program yang hendak dilaksanakan itu tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Padahal, janji kampanye harus direalisasikan jika terpilih nanti. ‘’Masyarakat sekarang ini sudah pandai. Kalau hanya diiminggi-iminggi janji, tentu tak ada yang respek. Masyarakat mengharapkan program nyata yang langsung menyentuh,’’ paparnya.
Kritik tajam juga dilayangkan ke pasangan Djoko Prabowo-Hartoto (Djowo-Toto). Pasangan yang diusung Partai Demokrat, PAN, dan Partai Patriot itu, menurut Eko Prasetyo, tidak memiliki arah jelas penyusunan program. Dia tunjuk bukti belum adanya kekompakan elemen-elemen pendukung. ‘’Kalau serius berebut kursi AE 1 dan 2, tentu saja sekarang ini sudah intensif turun ke lapangan. Kenyataanya ya masih biasa-biasa saja,’’ ungkapnya.
Perjalanan Parade Nusantara menentukan arah dukungan tidaklah mulus. Sempat menjatuhkan pilihan ke Djowo-Toto hingga jeda pendaftaran di KPUD, Parade akhirnya memilih hengkang setelah merasa dianaktirikan. Pasca itu, komunikasi terjalin intensif dengan NaSPro. Bahkan, sejumlah pengurus sudah memberanikan diri memberikan dukungan ke pasangan jalur independen ini kendati i ujung-ujungnya tidak terjadi kesepahaman politik. ‘’Kami beranggapan, semua pasangan calon tidak layak memimpin Magetan. Banyak kelemahannya ketimbang segi positif. Padahal, pemimpin yang akan dipilih nanti menentukan Magetan lima tahun mendatang,’’ ungkap Eko Prasetyo.
Joko Purnomo, pemerhati politik menjelaskan, langkah netral Parade merupakan klimaks dari tarik ulur menentukan arah dukungan. Ketiga pasangan sebenarnya sudah menentukan strategi pemenangan masing-masing. Begitu juga elemen-elemen pendukung. Jika Parade ambil bagian dikhawatirkan mempengaruhi kinerja tim pemenangan. ‘’Mungkin ada ketakutan-ketakutan bila nanti Parade bergabung sebagai elemen pemenangan. Secara politik jelas tidak menguntungkan karena masing-masing pasangan sudah merasa maksimal dalam melakukan penggalangan massa,’’ tandasnya.
Eko sempat merinci kelemahan masing-masing pasangan calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) itu. Pasangan H Sumantri-Samsi (SMS) Jilid II, misalnya, dianggap tidak dapat menjalankan program pro-rakyat sebab perbaikan inrastruktur masih terabaikan. Lima tahun kepemimpinan pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu, dinilai belum mampu mengangkat eksistensi Magetan di berbagai sektor. ‘’Permasalahan ini termasuk fundamental,’’ jelasnya.
Sedangkan pasangan Nanik Karsini-Sugiho Pramono (NaSPro) yang mengusung misi perubahan, dianggap Eko Prasetyo, masih sekadar slogan. Secara riil, program yang hendak dilaksanakan itu tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Padahal, janji kampanye harus direalisasikan jika terpilih nanti. ‘’Masyarakat sekarang ini sudah pandai. Kalau hanya diiminggi-iminggi janji, tentu tak ada yang respek. Masyarakat mengharapkan program nyata yang langsung menyentuh,’’ paparnya.
Kritik tajam juga dilayangkan ke pasangan Djoko Prabowo-Hartoto (Djowo-Toto). Pasangan yang diusung Partai Demokrat, PAN, dan Partai Patriot itu, menurut Eko Prasetyo, tidak memiliki arah jelas penyusunan program. Dia tunjuk bukti belum adanya kekompakan elemen-elemen pendukung. ‘’Kalau serius berebut kursi AE 1 dan 2, tentu saja sekarang ini sudah intensif turun ke lapangan. Kenyataanya ya masih biasa-biasa saja,’’ ungkapnya.
Perjalanan Parade Nusantara menentukan arah dukungan tidaklah mulus. Sempat menjatuhkan pilihan ke Djowo-Toto hingga jeda pendaftaran di KPUD, Parade akhirnya memilih hengkang setelah merasa dianaktirikan. Pasca itu, komunikasi terjalin intensif dengan NaSPro. Bahkan, sejumlah pengurus sudah memberanikan diri memberikan dukungan ke pasangan jalur independen ini kendati i ujung-ujungnya tidak terjadi kesepahaman politik. ‘’Kami beranggapan, semua pasangan calon tidak layak memimpin Magetan. Banyak kelemahannya ketimbang segi positif. Padahal, pemimpin yang akan dipilih nanti menentukan Magetan lima tahun mendatang,’’ ungkap Eko Prasetyo.
Joko Purnomo, pemerhati politik menjelaskan, langkah netral Parade merupakan klimaks dari tarik ulur menentukan arah dukungan. Ketiga pasangan sebenarnya sudah menentukan strategi pemenangan masing-masing. Begitu juga elemen-elemen pendukung. Jika Parade ambil bagian dikhawatirkan mempengaruhi kinerja tim pemenangan. ‘’Mungkin ada ketakutan-ketakutan bila nanti Parade bergabung sebagai elemen pemenangan. Secara politik jelas tidak menguntungkan karena masing-masing pasangan sudah merasa maksimal dalam melakukan penggalangan massa,’’ tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar